Blog Jobhun
  • Artikel
  • Berita
  • Cerita Karier
  • Info Acara
  • Infografik
  • Jobhun Internship
  • Jobhun Speak
  • Jobhun Student Ambassador
  • Jobhun Talks
  • Karierpedia
  • Tak Berkategori
Blog Jobhun
Blog Jobhun
  • Program
    • Jobhun Student Ambassador
    • Jobhun Internship
    • Jobhun Visit
    • Jobhun Speak
    • Jobhun Talks
    • Virtual Job Fair
  • Cerita
    • Cerita Karier
    • Cerita Pengguna
  • Artikel
  • Berita
  • Info Acara
  • Layanan
  • Cerita Karier

Risanggalih Aditya: Mengasah Kepekaan dan Bertumbuh Melalui Audio

  • 12 Agustus 2022
  • cynthcecilia
  • No comments
  • 6 minute read
Total
0
Shares
0
0

Berawal dari melihat realitas audio yang dinomorduakan dibanding visual, ketika orang-orang menikmati sajian audio visual, Risanggalih Aditya atau biasa disapa Angga, memutuskan untuk masuk ke ranah ini sebagai sound recordist dan audio post engineer. Menjalani bidang ini, Angga ternyata tidak hanya merasa sedang bekerja, tetapi juga bertumbuh. Ingin tahu bagaimana cerita Angga bisa terjun ke bidang ini? Yuk kita simak!

Apa pekerjaan Angga sekarang ini?

Aku filmmaker, bekerja di bidang film dan commercial, kayak web series, juga short movie dan digital ads, khususnya di bidang sound, jadi sound recordist dan audio post engineer.

Kapan Angga mulai merintis karier di bidang ini?

Kalau untuk start-nya sih emang dari kuliah udah mulai ngejalanin bidang ini ya, jadi audio post engineer dan sound recordist, karena kuliahnya juga film, tetapi setelah lulus 2016, to be professional-nya di 2017. Jadi 2017 start membangun sebuah brand atau audio post production dengan nama Ampersound Post. Base-nya di Surabaya dan sejak 2019 akhir, yah 2020 lah, mulai start di Jakarta. Jadi sudah empat tahun.

Apa pekerjaan yang dijalani saat ini sudah sesuai dengan background pendidikan Angga?

Alhamdulillah sih sampe saat ini, background-ku dari SMK sampe kuliah ngambil jurusan film dan televisi ya. Jadi kariernya pun setelah lulus, bergelutnya di bidang film.

Apa yang membuat Angga tertarik untuk menekuni bidang ini?

Nah background-ku kan di film kan, dan itu terdiri dari audio dan visual, tetapi orang-orang itu selalu ngeliatnya visual, gambar. Audio ini selalu dinomorduakan lah, padahal audio itu sendiri ada di depan kan, di kata “audio dan visual”. Jadi dia bagian terpenting juga. Terus peminatnya pun jarang gitu lho, makanya aku pengennya masuk ke ranah audio juga, soalnya basic-ku dulu juga pemain band sih.

Sebelum terjun ke bidang ini, apa Angga pernah mencoba bekerja di bidang lain?

Dulu waktu lulus itu, untuk lowongan sound itu kan sedikit. Kadang itu setahun hanya ada satu atau dua. Perusahaan-perusahaan membutuhkannya pun dikit karena profesi kayak sound itu kan khusus ya. Jadi waktu itu sempet ngelamar kerja di company jual beli kapal gitu, jadi marketing-nya waktu itu, tapi dari situ, sembilan bulan dapet ilmu kayak cara jualan, berkomunikasi, gimana cara ngebangun brand, nah dari situ sih belajar buat ngebangun Ampersound Post ini, dari hasil kerja di company jual beli kapal itu. Hasil dari kerja di marketing itu, aku beliin alat-alat audio yang bisa membangun usahaku sih, untuk modal awal lah. Akhirnya setelah 8-9 bulan, keluar, sampe 2020 Alhamdulillah usahaku masih jalan.

Menurutmu, apa modal utama untuk menjalani pekerjaan ini?

Yang pertama paling sih niat ya, hal yang mendasar. Ada kemauan, terus setelah tahu apa pekerjaan atau profesi spesifiknya yang pengen digeluti, abis gitu konsisten sih. Karena pekerjaan di sebuah film atau commercial membutuhkan konsistensi yang sangat tinggi. Belajar hal-hal baru, ngulik. Terus kalau ingin terjun ke film, apapun, kalau bisa sih, kuliah di bidang film. Jadi modal utama untuk ilmunya dapet. Sebenernya sih banyak ya sound recordist atau audio post engineer lain yang bukan lulusan film, tetapi lebih disarankan kalau mau terjun ke dunia ini, emang harus masuk kuliah film. Aku aja yang ada basic pendidikan, etos kerjanya itu harus lebih gitu lho, apalagi yang nggak. Jadi seenggaknya kalau tidak ada basic pendidikan di film, harus konsisten berprosesnya dan itu harus dua kali lipat, bahkan kalau bisa tiga kali lipat.

Selain itu, kalau di bidang ini kan kita mengeluarkan jasa ya sama taste, jadi dua hal itu yang harus dibangun sih. Taste kita untuk melakukan pekerjaan, hasil yang kita keluarkan itu membuat client atau para pekerja film cukup senang dengan kerjaan kita. Kalau service paling kita membangun relasinya, memberikan pelayanan terbaik untuk para client–client. Biar mereka itu tetep mau repeat order lah. Jadi tetep membangun relasinya juga harus oke sih.

Apa saja sih proses kreatif yang Angga lakukan untuk bisa menghasilkan audio yang bagus?

Nah untuk sound recordist, untuk mendapatkan suara yang ada di lapangan, waktu shooting jadi ngambil suara yang oke, dialognya yang oke, terhindar dari noise–noise yang ada, seperti noise lingkungan dan menghindari dari noise–noise elektrik. Dan setelah sort yang maksimal itu, baru kita olah lagi di editing. Nah ini tugasnya sound designer untuk mengolah. Jadi di beberapa tahapnya itu ada dialog editing untuk menyamaratakan noise, biar tidak naik turun. Biar penonton itu dengernya lebih enak, terus menambahkan suara efek, misalnya ada suara pukulan, kita tambahkan. Terus ada ambience, misalnya kejadiannya di pantai atau dimana, kita tambahkan suara-suara ambiance. Terus misalnya ada foley, pergerakan karakter, langkah kaki, gesekan baju, apapun yang karakter itu lakukan, kita rekam ulang di studio. Abis itu, mixing & mastering, untuk balancing dan output suaranya mau ditayangkan dimana, misalnya di cinema atau di YouTube, atau di Instragam, itu mastering-nya beda-beda.

Apakah Angga pernah mengalami momen stuck saat berkarier? Bagaimana cara mengatasinya?

Jadi, tidak ada hal-hal lain yang membuat stuck, selain pandemi ya. Pandemi COVID-19 ini. Jadi waktu itu pas awal tahun pindah ke Jakarta, ada cukup modal untuk membangun studio di Jakarta. Pas studionya sedang progres untuk membangun, pas banget pasien nomer satu ditemukan. Nah waktu itu, banyak project–project yang postponed dan sampai saat ini pun banyak sekali yang cancel. Apalagi project–project besar kayak web series commercial. Nah itu cukup membuat stuck sih waktu itu. Karena untuk shooting film atau iklan, itu kan tidak diperbolehkan pemerintah. Sampai saat ini pun, bioskop pun masih tutup. Yang awalnya harusnya dibuka Juli atau Agustus lalu, sampai sekarang juga masih abu-abu. Terus waktu itu selama pandemi sih, ya mencoba untuk, sharing sih, karena waktu itu kan lagi banyaknya webinar. Ajakan temen-temen yang live Zoom, webinar, sharing–sharing, saya terima. Saya mau untuk diajak collab untuk sharing pengalaman ke temen-temen yang lain. Sekalian promosi lewat Zoom, itu kan salah satu bagian dari promosi lah.

Selain menjadi sound recordist dan audio post engineer serta mengelola Ampersound Post, apa kesibukan Angga lainnya?

Yang pertama sih emang Ampersound Post ini ya, karena ini udah kayak yang hobi, menjadi sebuah pekerjaan. Terus karena saya orangnya suka bersosialisasi ya. Saya ada komunitas di Sidoarjo, komunitas film Sidoarjo, yang 2014 sampe sekarang masih aktif. Saya nge-back up temen-temen Sidoarjo, komunitas filmnya, dari Jakarta sih. Jadi beberapa kegiatan yang kita jalankan, melalui webinar–webinar, yang biasanya satu bulan sekali, dua minggu sekali, itu masih tetep kita jalankan sih.

Apa suka duka bekerja di bidang ini?

Aku udah dari kuliah ya, dari SMK belajarnya, sampe ke profesional pun, aku nikmatin gitu lho. Jadi, setiap prosesnya yang aku dapet, misal kayak development naskah, soundman juga ikut, pre-production, berbagi masukan dan kritik untuk film atau iklan itu. Sampe ke tahap editing pun, aku nikmatin prosesnya. Sampe jadi pun, dan ditonton banyak orang, dan komentarnya bagus ataupun jelek, itu pun kayak udah ngehibur gitu lho. Terus kalau dukanya sih, nggak teknis ya, paling kayak misal lagi produksi atau kita lagi ngerjain sesuatu atau shooting, yang biasanya tiga, empat hari, atau seminggu, terus setelah selesai, kadang kangen sama temen-temen shooting itu. Jadi kayak duka yang berbahagia gitu.

Apa hal yang paling berkesan selama Angga menekuni karier?

Karena setiap shooting itu mempunyai lokasi yang berbeda-beda setiap project-nya, nah kadang kita nemuin lokasi-lokasi yang jarang orang-orang tahu, atau kita berpindah tempat atau main kemana, jadi kayak shooting sekalian wisata gitu lho. Sekalian jalan-jalan lah kadang kayak ke Jogja dimananya, waktu itu sedang shooting dokumenter di NTT di Sekon. Terus beberapa minggu lalu, saya shooting di Baduy, Baduy Luar dan Baduy Dalam. Jadi tiap lokasi mempunyai kenangan sendiri-sendiri.

Apa arti pekerjaan ini untuk Angga?

Buat aku ya, bisa numbuhin kepekaan, terus pendewasaan, terus karena di bidang audio ini sangat berarti buat aku dan sampe sekarang pun aku masih bertumbuh lewat audio dan bekerja di Jakarta, membuka usaha di sini, aku pengen mencapai goals yang lebih besar lagi. Sampe titik dimana karya-karyaku diapresiasi semua orang sih.

Apa target jangka pendek dan panjang yang ingin Angga capai dalam karier?

Untuk target jangka pendek sih, melanjutkan pembangunan studio yang terhenti selama pandemi ini. Membuat karya yang bisa dinikmati masyarakat Indonesia dan internasional adalah target jangka panjangnya.

Apakah ada saran dan tips untuk Jobhuners yang mungkin ingin terjun ke bidang yang sama sepertimu?

Karena profesi atau pekerjaan ini hanya ada di kota-kota besar, yang industrinya udah jalan, kalau bisa berani melangkah, berani maju. Setelah berani pun, temui siapa yang ada di kota-kota itu, yang kalian kenal untuk menambah relasi dan skill. Habis itu tetep stay ngulik sih jadi banyakin ngulik karena perkembangan teknologi sangat cepat. Dan setelah ngulik, konsisten, karena pekerjaan ini tidak bisa didapat setahun dua tahun, bahkan bisa sampe empat, lima tahun ke atas. Tetep semangat!

Apa yang tebersit di benakmu setelah membaca cerita karier Angga di atas, Jobhuners? Apakah kamu jadi merasa bahwa karier yang baik adalah yang bisa membuatmu bertumbuh seperti yang Angga alami, atau justru kamu jadi ingin terjun ke dunia sound recordist dan audio post engineer? Apapun itu, ingat kata Angga, tetap semangat ya Jobhuners!

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Pin it 0
Related Topics
  • audio
  • audio post engineer
  • mengenal karier bidang audio
  • sound recordist
cynthcecilia

Previous Article
  • Artikel

Hospital Playlist: Melihat Profesi Dokter Secara Lebih Humanis

  • 12 Agustus 2022
  • cynthcecilia
Read More
Next Article
  • Jobhun Internship

Magang di Jobhun: Memulai Karier Sebelum Lulus Kuliah

  • 12 Agustus 2022
  • cynthcecilia
Read More
You May Also Like
Read More
  • Artikel
  • Cerita Karier

Belajar Mengenai Kebanksentralan Melalui PCPM Bank Indonesia

  • cynthcecilia
  • 12 Agustus 2022
Read More
  • Cerita Karier

Risanggalih Aditya: Mengasah Kepekaan dan Bertumbuh Melalui Audio

  • cynthcecilia
  • 12 Agustus 2022
Read More
  • Cerita Karier

Mengenal Prospek Digital Marketing Lewat Dwinandha dari FaberHost Indonesia

  • cynthcecilia
  • 12 Agustus 2022
Read More
  • Cerita Karier

Yoga Ghotama – Bersikap Humanis dan Skeptis di Balik Layar Televisi

  • cynthcecilia
  • 12 Agustus 2022
Read More
  • Cerita Karier

Quality Assurance Engineer dan Competitive Culture di Startup Unicorn

  • cynthcecilia
  • 12 Agustus 2022
Read More
  • Cerita Karier

Anggraeni Dwi Nastiti: Cerita tentang Editing, Menjadi Gender Minoritas di Tempat Kerja, dan Merantau

  • cynthcecilia
  • 12 Agustus 2022
Read More
  • Artikel
  • Cerita Karier

Belajar Jadi Brand Strategist di Narasi Bersama One Media Hapinesa

  • cynthcecilia
  • 12 Agustus 2022
Read More
  • Cerita Karier

Keseharian Seorang Content Writer Bidang Kecantikan untuk Situs Kosmetik #1 di Indonesia

  • cynthcecilia
  • 12 Agustus 2022

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs utama | Kontributor

©Copyright 2021 Jobhun. All Rights Reserved

Input your search keywords and press Enter.